Artikel Konservasi Taman Nasional Tanjung Puting

Berita Taman Nasional Tanjung Puting

Perbedaan Jenis Orangutan Sumatera, Kalimantan dan Tapanuli

Perbedaan Jenis Orangutan Sumatera, Kalimantan dan Tapanuli

Indonesia menjadi rumah bagi tiga spesies orangutan yang unik dan menakjubkan. Perbedaan jenis orangutan ini terletak pada karakteristik fisik, genetika, habitat, dan perilaku masing-masing spesies. Ketiga spesies tersebut adalah orangutan Sumatera, orangutan Kalimantan, dan orangutan Tapanuli yang ditemukan pada tahun 2017. Memahami keunikan setiap spesies sangat penting untuk upaya konservasi primata langka ini.

Klasifikasi Ilmiah dan Sejarah Penemuan

Orangutan merupakan satu-satunya kera besar yang hidup di Asia. Awalnya orangutan hanya dibedakan menjadi dua spesies berdasarkan lokasi geografisnya. Namun, kemajuan teknologi genetika mengubah pemahaman tersebut secara signifikan. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengkonfirmasi bahwa orangutan Tapanuli merupakan spesies ketiga yang berbeda. Setiap spesies memiliki nama ilmiah tersendiri untuk membedakan mereka secara taksonomi.

Orangutan Sumatera memiliki nama ilmiah Pongo abelii. Spesies ini mendiami hutan di bagian utara Pulau Sumatera. Orangutan Kalimantan dikenal dengan nama ilmiah Pongo pygmaeus dan tersebar di hampir seluruh wilayah Kalimantan. Sementara itu, orangutan Tapanuli diberi nama ilmiah Pongo tapanuliensis. Spesies ini hanya ditemukan di Ekosistem Batang Toru yang meliputi tiga kabupaten di Sumatera Utara.

Perbedaan Jenis Orangutan dari Segi Morfologi dan Ciri Fisik

Ketiga spesies orangutan memiliki perbedaan fisik yang dapat diamati dengan saksama. Orangutan Sumatera memiliki bulu berwarna cokelat kemerahan yang cenderung lebih terang. Bulunya juga lebih panjang dan tebal dibandingkan orangutan Kalimantan. Wajah orangutan Sumatera berbentuk lebih oval dengan bantalan pipi yang menggelambir ke bawah pada orangutan jantan dewasa. Bobot tubuh jantan dewasa mencapai 90 kilogram dengan tinggi sekitar 1,25 hingga 1,5 meter.

Orangutan Kalimantan memiliki warna bulu yang lebih gelap yaitu cokelat gelap kemerahan. Struktur bulunya lebih kasar dan pendek bila dibandingkan dengan orangutan Sumatera. Bantalan pipi orangutan Kalimantan jantan melebar ke samping sehingga wajahnya terlihat lebih membulat. Bobot tubuh jantan dewasa bisa mencapai 150 kilogram yang menjadikannya mamalia arboreal terbesar di dunia. Ukuran tubuh yang lebih besar ini mempengaruhi pola hidup mereka.

Orangutan Tapanuli memiliki karakteristik fisik yang unik dan berbeda dari kedua saudaranya. Bulu orangutan Tapanuli lebih tebal dan keriting dibandingkan spesies lainnya. Tengkorak dan tulang rahangnya lebih kecil namun gigi taringnya lebih besar. Kumis dan jenggot orangutan Tapanuli jantan sangat menonjol dengan bantalan pipi yang datar. Rambut halus berwarna pirang menutupi bantalan pipi mereka yang khas. Tinggi tubuh jantan mencapai 137 sentimeter dengan bobot 70 hingga 90 kilogram.

Perbedaan Habitat dan Perilaku Hidup

Habitat dan perilaku hidup ketiga spesies orangutan menunjukkan adaptasi yang berbeda terhadap lingkungannya. Orangutan Sumatera menghabiskan sebagian besar hidupnya di atas pohon dan jarang turun ke tanah. Mereka bergelantungan dari satu pohon ke pohon lain dengan lengan panjang mereka. Perilaku ini merupakan strategi untuk menghindari predator seperti harimau Sumatera yang berkeliaran di permukaan tanah. Daya jelajah mereka mencapai 2 hingga 10 kilometer per hari tergantung ketersediaan buah.

Sebaliknya, orangutan Kalimantan lebih sering turun dari pohon dan berjalan di permukaan tanah. Mereka bergerak lebih lambat dan lebih jarang bergelantungan antar pohon. Perbedaan perilaku ini terjadi karena tidak adanya predator besar di hutan Kalimantan seperti harimau. Orangutan Kalimantan mendiami hutan hujan tropis dataran rendah, hutan rawa gambut, dan pegunungan hingga ketinggian 1.500 meter. Pengunjung yang ingin melihat keindahan habitat orangutan Kalimantan dapat mengunjungi Taman Nasional Tanjung Puting.

Orangutan Tapanuli memiliki habitat terbatas di Ekosistem Batang Toru pada ketinggian di atas 850 meter. Mereka memiliki pola makan yang unik dengan mengonsumsi jenis tumbuhan yang belum tercatat sebagai pakan orangutan lainnya. Biji Aturmangan, Buah Sampinur Tali, dan Agatis menjadi makanan khas mereka. Jarak kelahiran anak orangutan Tapanuli mencapai 8 hingga 9 tahun yang membuat populasinya sangat rentan. Betina baru memiliki anak pertama pada usia 15 tahun sehingga reproduksi mereka sangat lambat.

Perbedaan Genetika dan Evolusi

Perbedaan genetika menjadi bukti kuat yang memisahkan ketiga spesies orangutan ini. Pemisahan genetika orangutan Tapanuli dari orangutan Sumatera terjadi sekitar 3,38 juta tahun yang lalu. Sementara itu, pemisahan dari orangutan Kalimantan terjadi sekitar 670 ribu tahun silam. Penelitian mengindikasikan bahwa orangutan Tapanuli merupakan moyang dari kedua spesies lainnya. Letusan gunung berapi yang membentuk Danau Toba berperan dalam proses pemisahan populasi ini.

Secara taksonomi, orangutan Tapanuli lebih dekat dengan orangutan Kalimantan meskipun secara geografis berada di Pulau Sumatera. Hal ini terungkap melalui analisis genetik yang mendalam menggunakan teknologi modern. Perbedaan DNA antara ketiga spesies orangutan bahkan melebihi perbedaan genetik antara gorila dataran tinggi dengan dataran rendah. Keunikan genetika ini menegaskan pentingnya melindungi setiap spesies sebagai warisan evolusi yang tak ternilai.

Status Konservasi dan Ancaman

Ketiga spesies orangutan menghadapi ancaman kepunahan yang serius dan memerlukan perhatian khusus. Orangutan Sumatera memiliki populasi sekitar 14.470 individu yang tersebar di 52 kantong populasi. International Union for Conservation of Nature memasukkan spesies ini dalam kategori kritis dengan penurunan populasi mencapai 80 persen. Kehilangan habitat akibat deforestasi menjadi ancaman utama bagi kelangsungan hidup mereka di alam liar.

Orangutan Kalimantan memiliki populasi yang diperkirakan mencapai 57.350 individu namun terus mengalami penurunan. Status konservasi spesies ini juga masuk kategori kritis karena tekanan dari perburuan dan konversi lahan. Setiap hari populasi orangutan berkurang sekitar 25 ekor akibat berbagai faktor ancaman. Kebakaran hutan dan konflik dengan manusia memperburuk kondisi populasi mereka di habitat alami.

Orangutan Tapanuli merupakan spesies paling terancam dengan populasi kurang dari 800 individu. Status mereka sangat terancam punah membuat upaya konservasi menjadi sangat mendesak dan krusial. Populasi mereka terfragmentasi menjadi dua blok yaitu blok barat dan blok timur hutan Batang Toru. Kehilangan satu persen populasi per tahun dapat berakibat fatal bagi kelangsungan spesies ini di masa depan. Perkembangbiakan yang lambat memperparah situasi kritis orangutan Tapanuli dalam menghadapi tekanan antropogenik.

Kesimpulan

Memahami perbedaan jenis orangutan sangat penting untuk strategi konservasi yang tepat dan efektif. Ketiga spesies memiliki keunikan tersendiri dalam hal fisik, genetika, habitat, dan perilaku yang membedakan mereka. Upaya pelestarian harus mempertimbangkan karakteristik spesifik setiap spesies agar program konservasi dapat berjalan optimal. Melindungi habitat alami dan mengurangi ancaman menjadi kunci utama penyelamatan orangutan dari kepunahan total.

Baca Artikel Lainnya